Menggali Manfaat Kunyit “Si Rempah Kuning”
Sejak lama, leluhur bangsa Indonesia sudah menggunakan kunyit sebagai bahan obat tradisional dalam bentuk olahan jamu dan eksplorasi manfaatnya hingga kini masih berlanjut sebagai obyek penelitian. Penggunaan kunyit sebagai jamu tersebut masih lestari bahkan kemudian menjadi obyek farmakologi untuk memvalidasi kemanfaatan di dunia kesehatan.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa kunyit berasal dari India dan sudah menyebar keseluruh dunia terutama di kawasan tropis. Ada juga yang tidak menyebutkan secara pasti berasal dari negara mana, namun, kunyit dianggap sebagai tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara.
Kunyit dalam Budidaya dan Kemanfaatannya
Tidak hanya di Indonesia, kunyit dimanfaatkan juga di beberapa negara, terutama di India dan negara di Asia, bahkan Eropa. Permintaan kunyit dari negara-negara tersebut cukup tinggi seiring meluasnya pengetahuan kemanfaatan kunyit bagi kehidupan. Volume ekspor kunyit Indonesia Tahun 2022 mencapai 10.126,24 Ton dengan nilai US$ 9.246.833,21 dengan negara tujuan Argentina, Australia, Bahrain, Brazil, Kanada, Cina, Timor Leste, Finlandia, Prancis, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Kuwait, Malaysia, Belanda, New Zealand, Papua Nugini, Philipina, Polandia, Qatar, Rusia, Arab Saudi, Singapura, Spanyol, Taiwan, Thailand, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat.
Potensi ekonomi kunyit yang menggoda inilah yang menyebabkan petani Indonesia setia melakukan budidaya kunyit. Bahkan produksi kunyit nasional cukup tinggi, tercatat dari data BPS (2022), produksi kunyit tahun 2022 mencapai 196.499,57 Ton dengan sentra produksi di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara.
Bernama latin Curcuma domestica Val, kunyit dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Pemilihan lokasi tanam kunyit dengan tanah yang gembur, subur, memiliki kandungan organik yang tinggi serta lahan yang bebas dari genangan air, akan mendatangkan produksi yang melimpah. Apalagi Indonesia memiliki suhu hangat serta kelembaban yang cukup yang tidak hanya mendukung pertumbuhan kunyit namun menghasilkan kunyit dengan kualitas yang baik.
Manfaat kunyit sangat beragam, paling umum yakni sebagai bahan bumbu masakan dengan citra rasa dan warna yang khas hingga sebagai obat tradisional yang kemanfaatannya bagi kesehatan. Bagi ibu rumah tangga Indonesia, tak lengkap jika beberapa kuliner nusantara tidak menggunakan kunyit, seperti gulai, nasi kuning, pepes, atau kuliner adaptasi dari masakan India maupun Timur Tengah. Kunyit sebagai obat tradisional dipercaya mampu meningkatkan daya tahan tubuh, karena adanya senyawa kurkumin yang memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan yang kuat.
Manfaat kunyit lainnya, dalam bentuk segar maupun ekstrak bubuk atau minyak atsiri (turmeric oil) disinyalir juga mampu mengatasi masalah gusi bengkak, luka, sesak nafas, sakit perut, bisul, sakit limpa, usus buntu, encok, gangguan pencernaan, perut kembung dan menurunkan tekanan darah. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna, bahan campuran kosmetika, bakterisida, fungisida dan stimulan. Kunyit juga mengandung senyawa lain seperti filandrena, sabinena, cineol, borneol, zingiberene, turmeron, kamfena, kamfor, sesquiterpena, asam kaprilat, asam metoksinamik, tolimetil karbinol, pati, dan zat warna yang mengandung alkaloid kurkumin. Beragam senyawa tersebut tentunya berpotensi bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Ragam Varietas Kunyit Indonesia
Tidak hanya kunyit berwarna kuning, ternyata dalam penyebarannya, kunyit dikenal dengan 3 jenis yakni kunyit merah dan kuning (Curcuma longa) yang umum dibudidayakan, kunyit putih (Curcuma zedoaria), dan kunyit hitam (Curcuma caesia). Indonesia memiliki beragam varietas kunyit lokal maupun hasil pemuliaan.
Varietas unggul kunyit juga berasal dari Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Rempah, Obat dan Aromatik (BPSI TROA). Varietas itu antara lain: Curdonia, Turina 1 dan Turina 3. Varietas Kunyit Curdonia dengan SK Kementan No.4577/Kpts/SR.120/11/2011 yang berasal dari Garut yang memiliki kandungan kurkumin di atas 5%, kadar minyak atsiri > 3 %, agak tahan penyakit bercak daun dan beradaptasi dengan baik di dataran medium dengan ketinggian 425-484 mdpl.
Varietas Kunyit Turina 1 (SK Kementan No.118/Kpts/SR.120/2/2007) yang berasal dari Ungaran dan Varietas Kunyit Turina 3 (SK Kementan No.120/Kpts/SR.120/2/2007) yang berasal dari Lembang. Keunggulan Varietas Kunyit Turina yakni memiliki kadar kurkumin 6,5-10,16%, kandungan minyak atsiri 5,2-6,2%, sari larut air 21,92%, sari larut alkohol 14,89% dan kadar abu 0,52-0,29%. Cocok dikembangkan pada tanah lempung berpasir pada ketinggian antara 0-2000 mdpl dengan curah hujan rata-rata 2000- rimpang empu 9 4000 mm/tahun.
Strategi Peningkatan Daya Saing Kunyit
Peningkatan daya saing kunyit merupakan hal mendesak untuk dilakukan dalam meningkatkan permintaan kunyit dan produknya, baik dari pasar domestik maupun mancanegara. Dari aspek budidaya, petani dapat menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya yang sesuai dengan Good Agriculture Practices (GAP) yang dibuat khusus untuk komoditas kunyit oleh Kementerian Pertanian.
Guna meningkatkan daya saing, pemerintah juga mengeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7953:2014 tentang Kunyit. SNI Kunyit ini disusun untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan dalam rangka memenuhi keinginan pasar terhadap produk kunyit segar yang bermutu, aman dikonsumsi dan berdaya saing.
SNI 7953:2014 Kunyit mengatur tentang mutu, ukuran, toleransi penampilan, penandaan dan pelabelan, rekomendasi, pengambilan contoh, dan pengujian pada rimpang kunyit dari famili Zingiberaceae yang dipasarkan dalam bentuk segar. SNI tersebut menguraikan persyaratan umum untuk komoditas kunyit, antara lain:
- Rimpang induk utuh atau rimpang cabang utuh;
- Tampilan segar;
- Bebas dari hama dan penyakit;
- Bebas dari kelembaban pada permukaan rimpang kecuali pengembunan;
- Bebas dari aroma dan rasa asing;
- Rimpang dipanen setelah memenuhi kriteria panen sesuai karakteristik varietas dan/atau lokasi tumbuh.
Untuk menembus pasar ekspor, selain penerapan SNI 7953:2014 Kunyit, perlu juga diketahui persyaratan yang ditetapkan oleh negara tujuan. Misalnya saja, pemenuhan persyaratan keamanan konsumsi yang ditetapkan oleh Negara-negara Eropa berupa European Food Legislation. Keamanan makanan tersebut harus dibuktikan dengan sertifikasi food safety management system berdasarkan HACCP. Persyaratan kualitas kunyit juga harus sesuai dengan Quality Minima Document yang diterbitkan oleh European Spice Association, disamping juga harus memperhatikan aturan standar labelling dan packaging. Sertifikasi Sustainability adalah persyaratan berikutnya yang biasanya disesuaikan dengan skema Fair Trade dan Rainforest Alliance.
Langkah-langkah peningkatan produksi, mutu, dan daya saing kunyit adalah bagian yang saling berkaitan. Tentunya, penerapan SOP Budidaya Kunyit, SNI 7953:2014 Kunyit, maupun persyaratan lain adalah instrumen yang dapat menjadi panduan bagi stakeholder dalam mencapai target menghasilkan kunyit yang berkualitas dan memenuhi ekpektasi pengguna dan pasar domestik serta mancanegara. (RF/MP)